اللهم اجعل في قلبي نورا ، وفي سمعي نورا ، وفي بصري نورا ، وعن يميني نورا ، وعن شمالي نورا ، ومن بين يدي نورا ، ومن خلفي نورا ، ومن فوقي نورا ، ومن تحتي نورا ، واجعل لي نورا ، وأعظم لي نوراSelamat Datang Ke Suara Rakyat FM بِسْمِ اللَّهِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ أَصْـبَحْنا وَأَصْـبَحَ المُـلْكُ لله وَالحَمدُ لله ، لا إلهَ إلاّ اللّهُ وَحدَهُ لا شَريكَ لهُ، لهُ المُـلكُ ولهُ الحَمْـد، وهُوَ على كلّ شَيءٍ قدير ، رَبِّ أسْـأَلُـكَ خَـيرَ ما في هـذا اليوم وَخَـيرَ ما بَعْـدَه ، وَأَعـوذُ بِكَ مِنْ شَـرِّ هـذا اليوم وَشَرِّ ما بَعْـدَه، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنَ الْكَسَـلِ وَسـوءِ الْكِـبَر ، رَبِّ أَعـوذُبِكَ مِنْ عَـذابٍ في النّـارِ وَعَـذابٍ في القَـبْر ...بِسْمِ اللَّهِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Friday, January 23, 2015

Bagaimana Masalah Suriah Berpotensi Memicu Perang Dunia III?

KIBLAT.NET – Jutaan pikiran manusia di dunia sekarang ini terfokus pada Suriah, di mana pemerintahan Obama telah melancarkan serangan militer yang berpotensi meluluhlantakkan negara tersebut. Meskipun alasan serangan itu adalah menghancurkan the Islamic State, namun gelagat bahwa serangan itu mulai—dan akan—menyimpang dari sasaran awal mulai disorot. Benarkah semudah itu? Pada bagian ini, tulisan ini mencoba menyajikan sudut pandang dari pengamat, bagaimana konflik di Suriah sangat berpotensi memicu Perang Dunia III.


Sebagian kalangan dari Barat menilai pemerintahan Obama telah bertindak “ceroboh” ketika memutuskan untuk melakukan serangan udara yang diklaim “terbatas”. Namun, apa yang bisa dibayangkan ketika mujahidin Suriah justru balik melawan? Termasuk, bagaimana setelah AS menggalang negara-negara Liga Arab untuk memerangi Daulah Islamiyah (the Islamic State), ternyata justru membangkitkan kesadaran global kelompok jihadis untuk bersatu.

Salah satu kritik berasal dari Rosa Brooks, mantan senator yang juga profesor di Pusat Hukum Universitas Georgetown. Kolumnis, kontributor, sekaligus editor Foreign Policy ini mencatat setidaknya ada enam hal bodoh yang dilakukan Obama tentang perang AS di Suriah. Menurutnya, keterlibatan AS bisa membawa konflik ke arah yang lebih berbahaya.[1]

Rosa Brooks menyebutkan bahwa kebodohan pertama AS adalah ketakutan yang berlebihan terhadap ancaman the Islamic State (IS). Peneliti tamu senior pada Bernard L. Schwartz fellowship di New America Foundation ini menyatakan bahwa sebenarnya Obama pun tahu jika IS tidak memiliki sel-sel organisasi di dalam negeri Amerika, sehingga tidak akan menimbulkan ancaman di dalam negeri AS.

Lebih lanjut, menurut mantan penasihat untuk Under Secretary of Defense for Policy ini, serangan udara mungkin berhasil menurunkan kemampuan jangka pendek IS untuk menjadi kekuatan tempur yang efektif. Namun, ada risiko lain, yaitu bahwa serangan AS pada akhirnya akan menginspirasi lebih banyak lagi pemuda untuk bergabung dengan kelompok jihad.

Sejak menjabat, Obama dinilai semakin mengandalkan serangan pesawat tak berawak untuk melawan ancaman teroris. Seribu di antaranya mati kemudian, tetapi ancaman teroris global telah bermetamorfosis dan dalam banyak hal tampaknya telah menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Karenanya, Brooks mempertanyakan, mengapa Obama bisa berpikir bahwa pendekatan kontraterorisme yang telah diterapkan—namun sejauh ini tidak ada keberhasilan stratejik—tiba-tiba diharapkan bisa berjalan efektif di Suriah.

Rosa Brooks pun memperingatkan, selagi AS menguras dana dan energi dalam memerangi IS, sebenarnya AS juga sedang berisiko menghadap ancaman lainnya. Rosa mempertanyakan, apakah IS benar-benar lebih berbahaya bagi AS daripada kekerasan kartel narkoba asal Meksiko, atau pemberontak Ukraina pro-Rusia yang menjatuhkan pesawat jet penumpang dengan rudal anti-pesawat pada bulan Juli, atau efek jangka panjang dari perubahan iklim. Brooks mengisyaratkan bahwa semuanya tidak kalah penting dan bisa berdampak serius jika terbengkalai.

Selanjutnya, Brooks memperingatkan bahwa Obama telah melupakan satu pertanyaan penting yang mungkin menjadi pertanyaan seluruh publik, “Bagaimana semua ini akan berakhir?” Obama mewarisi masalah Irak dari presiden sebelumnya, George W. Bush. Dan bisa jadi perang ini juga akan diwariskan ke presiden pengganti Obama kelak. Sebuah pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab, yaitu perang tanpa target akhir yang jelas. Yang jelas, Obama terbukti “menjilat ludahnya sendiri” ketika mengatakan invasi AS ke Irak pada tahun 2002 lalu sebagai perang yang bodoh, namun kini melibatkan diri.

Selanjutnya, Michael T. Snyder, seorang penulis AS yang mengelola blog The Economic Collapse, juga mengemukakan dua puluhan alasan mengapa Perang Dunia III di Timur Tengah ada di ambang mata, dan menurutnya ini adalah ide yang sangat buruk dan sangat tidak menyenangkan.[2] Secara garis besar sebagai berikut:
  1. Rakyat Amerika pada dasarnya menentang tentaranya ikut berperang di Suriah.
Hingga saat ini, rakyat Amerika sangat menentang intervensi AS dalam perang sipil Suriah, dan mereka percaya Washington harus tetap keluar dari konflik itu, bahkan jika laporan bahwa pemerintah Suriah benar-benar menggunakan bahan kimia mematikan untuk menyerang warga sipil, demikian Reuters/Ipsos dalam jajak pendapatnya (2013). Sekitar 60 persen rakyat Amerika yang disurvei, mengatakan Amerika Serikat seharusnya tidak campur tangan dalam perang sipil Suriah, sementara hanya 9 persen berpikir bahwa Presiden Barack Obama harus bertindak di sana.

Namun, survei terkini (10/9/2014) di Washington Post menyebutkan bahwa 71% rakyat AS mendukung serangan udara ke IS, namun masih menolak serangan darat. Dukungan ini pun baru merangkak naik setelah ada provokasi dari peristiwa pemenggalan jurnalis dan aktivis Barat.
  1. Meski demikian, Pemerintah AS tampak berhati-hati dari menegaskan tidak akan menerjunkan militer secara langsung di darat. Hingga pada titik ini, perang di Suriah bahkan lebih populer di mata warga Amerika daripada Kongres.
  2. Pemerintahan Obama belum mendapatkan persetujuan Kongres untuk melaksanakan hajatnya untuk berperang dengan Suriah karena Konstitusi AS membutuhkan legitimasi untuk itu. (CATO.org)
  3. Amerika Serikat tidak mendapatkan mandat dan persetujuan PBB untuk menyerang Suriah dan kesulitan mendapatkan itu.
Jika Pemerintah AS bersikeras dan keras kepala, untuk berperang dengan Suriah tanpa persetujuan rakyat Amerika, Kongres AS atau PBB, maka AS akan kehilangan banyak teman dan kredibilitas AS turun di seluruh dunia. Hari yang menyedihkan ketika Rusia terlihat seperti “orang baik” dan Barat terlihat seperti “orang jahat”.
  1. Suriah mengatakan, ia akan menggunakan “segala cara yang tersedia” untuk mempertahankan diri jika Amerika Serikat menyerang. Apakah itu termasuk serangan teror di dalam negeri Amerika Serikat sendiri?
  2. Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem membuat pernyataan berikut pada hari Selasa, 26 Agustus 2013. “Kami memiliki dua pilihan: menyerah, atau mempertahankan diri dengan cara yang kita miliki. Pilihan kedua adalah yang terbaik: kami akan membela diri!”
  3. Rusia telah mengirim rudal-rudalnya, yang paling canggih anti-kapal ke Suriah. Apa yang Anda pikir jika Anda mendapati gambar-gambar kapal Angkatan Laut AS tenggelam dan mata Anda tak berkedip ketika menyaksikan gambar itu di layar kaca televisi? Dalam konteks ini, Rusia dapat melakukan proxy war.
  4. Ketika Amerika Serikat menyerang Suriah, ada kesempatan yang sangat baik, di mana Suriah akan menyerang Israel.
Anggota Dewan Nasional Suriah dari Partai Ba’ath, Halef al-Muftah, yang menjadi ajudan Menteri Penerangan Suriah, pada hari Senin, 25/08/13, mengatakan, Damaskus melihat Israel sebagai beking agresi. Oleh karena itu, api dapat membakar Tel Aviv jika Suriah diserang oleh Amerika Serikat, karena Suriah bisa nekat menyerang Israel seperti pada Perang Arab-Israel 1967.

Dalam sebuah wawancara untuk stasiun radio Sawa dalam bahasa Arab, anggota partai Presiden Bashar Assad ini mengatakan: “Kami memiliki senjata strategis, dan kami bisa membalas. Dan pada dasarnya, senjata strategis itu hanya ditujukan untuk Israel.”

Al-Muftah menekankan bahwa ancaman AS tidak akan mempengaruhi rezim Suriah, “Jika AS atau Israel melakukan agresi dan mengeksploitasi masalah senjata kimia, wilayah ini akan naik dalam kobaran nyala api tak berujung, dan mempengaruhi tidak hanya keamanan di wilayah itu, tetapi dunia ini.”
  1. Jika Suriah menyerang Israel, akibatnya bisa benar-benar menjadi bencana. Bahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjanjikan setiap serangan akan ditanggapi dengan “tegas”.
“Kami bukan pihak dalam perang sipil di Suriah, tetapi jika kami mengidentifikasi dari upaya apapun yang menyerang kami, kami akan merespons, dan kami akan merespons dengan tegas”
  1. Hizbullah Lebanon kemungkinan akan melakukan apa pun yang bisa dilakukan untuk memperjuangkan kelangsungan hidup rezim Assad. Dan itu bisa mencakup target mencolok kedua negara, Amerika Serikat dan Israel.
  2. Sekutu terdekat Iran adalah Suriah. Apakah kita berpikir Iran hanya akan duduk diam ketika sekutu terdekatnya dihapus dari papan catur?
  3. Memulai perang dengan Suriah akan menyebabkan kerusakan yang signifikan pada hubungan dengan Rusia. Pada hari Selasa, 27/08/13, Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin mengatakan, Barat bertindak seperti “monyet dengan sebuah granat di tangan.”
  4. Memulai perang dengan Suriah akan menyebabkan kerusakan signifikan terhadap hubungan dengan China. Dan apa yang akan terjadi jika China memutuskan untuk mulai membuang sejumlah besar utang AS yang dipegang?  Suku bunga akan benar-benar meroket, dan AS dengan cepat akan menghadapi skenario mimpi buruk.
  5. Tindakan rezim Assad yang menggunakan senjata kimia terhadap perempuan dan anak- anak merupakan langkah irasional.
Pihak yang akan mendapat manfaat dari serangan seperti itu—dari sisi penggalangan opini—adalah pemberontak. Sebuah pertanyaan mendasar yang perlu ditanyakan tentang serangan mengerikan ini terhadap penduduk sipil. Untuk keuntungan siapa penggunaan gas saraf terhadap perempuan dan anak-anak Suriah itu?
  1. Jika Saudi benar-benar ingin menggulingkan rezim     Assad, mereka harus melakukannya sendiri. Mereka seharusnya tidak mengharapkan Amerika Serikat untuk melakukan pekerjaan kotor mereka hanya demi manfaat mereka. Namun, Saudi berkoalisi dengan negara-negara Arab lainnya dalam mendukung AS.
  2. Seorang mantan komandan Komando Sentral AS mengatakan, serangan AS terhadap Suriah akan menghasilkan perang yang sangat, sangat serius.
Pensiunan Jenderal James Mattis menyatakan bahwa AS perlu menentukan skenario “perang habis-habisan” (endgame) sebelum mengambil tindakan militer lebih jauh.[3]
  1. Sebuah perang di Timur Tengah akan menjadi buruk lagi bagi pasar keuangan. Sebagai contoh, Indeks Dow Jones (NYSE) turun sekitar 170 poin akibat kekhawatiran tentang perang dengan Suriah (28/8/2013).
  2. Sebuah perang di Timur Tengah akan menyebabkan harga minyak naik.
  3. Pemerintah AS telah mengambil pilihan untuk tidak mendukung pemberontak Suriah dari kalangan jihadi. Sementara, kelompok dominan dari para pejuang—seperti Jabhah An-Nushrah dan Ahrar Asy-Syam—telah berjanji setia atau memiliki hubungan baik dengan Al-Qaidah. Jika pemerintah AS gagal mencegah kelompok jihadis untuk mengambil alih kekuasaan di Suriah dan Iraq, maka bisa menjadi pemicu meluasnya konflik di Timur Tengah.
  4. Banyak warga sipil di Suriah akan terbunuh.
Sudah, banyak warga Suriah mengekspresikan keprihatinan tentang mengenai intervensi asing, dan itu berarti mereka dan keluarga mereka akan lebih prihatin lagi, dan prihatin lagi.
“Dulu, saya selalu menjadi pendukung intervensi asing, tapi sekarang tampaknya seperti kenyataan, saya sudah khawatir, keluarga saya akan terluka atau terbunuh,” kata seorang wanita, Zaina, yang menentang Assad. “Saya takut serangan militer sekarang.”

“Ketakutan terbesar adalah, mereka akan membuat kesalahan yang sama seperti di Libia dan Irak,” kata Ziyad, seorang pria berusia 50- an. “Mereka akan memukul semua sasaran sipil, dan kemudian mereka akan menangis bahwa itu karena kesalahan, tapi ribuan dari kami akan terbunuh.”
Apa gunanya keluar dan terlibat di Suriah? Jika AS menyerang Suriah, Suriah akan menjadi pusat aliran jihadis yang lebih dikhawatirkan daripada sekarang, di mana mereka bisa bersatu melawan pihak-pihak yang dipandang sebagai sekutu AS.

Masa depan tampak suram jika AS terlibat perang di Suriah. Invasi AS berpotensi perang regional yang besar yang meletus di Timur Tengah yang akhirnya bisa menyebabkan Perang Dunia III. Dukungan rezim-rezim Timur Tengah pun dapat memicu sikap antipati publik Arab sehingga dukungan pun bisa dialihkan kepada kelompok jihadis sebagai pihak yang terzalimi dan berjuang atas nama agama dan rakyat. Namun, yang jelas, memulai Perang Dunia III di Timur Tengah bukanlah ide populer yang disukai banyak pihak.

 (bersambung; 2/4).
Penulis: F. Irawan (Syamina Edisi XIV/September 2014)

No comments:

Post a Comment